Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Komoditas Pertanian Strategis

Biro Perencanaan Kementan Siapkan Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Komoditas Pertanian Strategis

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan selalu menegaskan untuk mengarahkan pembangunan pertanian berdasarkan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif berbasis kawasan. Dengan begitu, pelaksanaan, pengelolaan, pengawasan dan evaluasinya efektif dan efisien serta hasilnya masif dan mampu mendorong industri berbasis pertanian.

"Pengembangan komoditas pertanian strategis dengan pendekatan tersebut turut memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi pangan dan pertanian, peningkatan ekspor 29,7%, pengendalian inflasi lebih dari 88% dari semula 10,57% menjadi 1,26%, peningkatan PDB pertanian 47,2%, investasi naik 110,2% serta memberikan nilai tambah ekonomi tinggi dan meningkatkan kesejahteraan petani," demikian diungkapkan Kepala Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian (Kementan), Kasdi Subagyono di Jakarta, Minggu (23/12).

Kasdi menjelaskan Kementan optimis membangun pertanian berbasis kawasan dapat diwujudkan. Pasalnya, Kementan telah menerbitkan Permentan No 18 tahun 2018 tentang pedoman pengembangan kawasan berbasis korporasi. Menteri Amran mengeluarkan strategi pengembangan kawasan berbasis korporasi dengan konsep mendorong aspek pemberdayaan petani dalam suatu kelembagaan berskala ekonomi.

“Artinya ini membuka peluang bagi petani dan masyarakat dalam melakukan bisnis hulu sampai hilir sektor pertanian yang bertujuan meningkatkan nilai tambah dari komoditas pertanian," jelasnya.

Menurutnya, pertanian di kawasan perbatasan, hasilnya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi ditargetkan agar bisa diekspor. Jika ini berjalan, masyarakat petani di perbatasan taraf hidupnya dipastikan lebih sejahtera.

"Pangan dan petani di perbatasan kuat, negara pun ikut kuat,” ujarnya.

Lebih jauh Kasdi menerangkan pola pengembangan kawasan ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang menekankan pentingnya aspek kewilayahan atau spasial dalam pelaksanaan pembangunan pertanian. Karenanya, Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementan telah menyiapkan peta-peta kawasan komoditas strategis pada skala tinjau 1:250.000 dan skala semi detail 1:50.000 sebagai basis perencanaan pembangunan pertanian ke depan.

“Aspek spasial menjadi prioritas mengingat kegiatan pembangunan pertanian harus dilaksanakan di lokasi yang jelas (clean and clear,-red) sehingga dapat diupayakan keterpaduan program pembangunan lintas sektor,” terangnya.

“Bahkan lintas pemangku kepentingan termasuk swasta dan masyarakat yang pada gilirannya akan memberikan dampak lebih signifikan bagi peningkatan kesejahteraan petani,” pinta dia.

Kasdi mengungkapkan sejak tahun 2015 Kementan melalui Biro Perencanaan dan Badan Litbang Pertanian telah menyusun berbagai peta kawasan komoditas strategis pada skala 1:250.000. Peta ini menggambarkan potensi wilayah yang dapat dikembangkan sebagai suatu kawasan di tingkat provinsi dan peta skala 1:50.000 yang memberikan informasi lebih detail mengenai potensi peningkatan produktivitas dan perluasan areal kawasan di tingkat kabupaten. Hingga tahun 2018, banyak peta kawasan pertanian yang telah diselesaikan.

“Pertama, Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu Skala 1:250.000 seluruh provinsi dan Skala 1:50.000 di 71 kabupaten sentra,” ungkapnya.

Kedua, lanjut Kasdi, Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Perkebunan Skala 1:250.000 seluruh provinsi dan Skala 1:50.000 di 16 kabupaten sentra. Ketiga, Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Sapi Potong Skala 1:250.000 seluruh provinsi dan Skala 1:50.000 di 28 kabupaten sentra. Keempat, Atlas Peta Potensi Pengembangan Kawasan Cabai dan Bawang Merah Skala 1:250.000 seluruh provinsi dan Skala 1:50.000 di 16 kabupaten sentra untuk komoditas cabai, bawang merah, dan bawang putih.

“Keseluruhan peta tersebut telah diunggah dan dapat diakses oleh berbagai pihak melalui website SIKP (Sistem Informasi Kawasan Pertanian,-red), dan bersifat dinamis sehingga dapat terus diperbarui dan di-overlay dengan berbagai peta tematik lainnya sesuai kebutuhan perencanaan,” tuturnya.

Kasdi menegaskan keberadaan peta-peta kawasan tersebut juga memberikan manfaat bagi masyarakat. Bahkan bermanfaat bagi pihak swasta yang ingin membangun bisnis komoditas strategis karena informasi yang diberikan sangat komprehensif terkait keberhasilan komoditas pertanian yang dibudidayakan.

“Yakni mencakup lokasi, karakteristik lahan, potensi peningkatan produktivitas dan perluasan areal, serta rekomendasi aplikasi teknologi budidaya, penanganan panen, pasca panen dan penataan kelembagaan petani,” pungkasnya.

Pengumuman Terkait