Pupuk Organik dan Hayati Bisa Dijadikan Alternatif Atasi Kekurangan Pupuk Subsidi

JAKARTA - Pupuk merupakan hal yang penting bagi pertanian. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah mengalokasikan pupuk bersubsidi untuk meningkatkan produktivitas. Hanya saja kuota pupuk bersubsidi terbatas. Untuk mengatasinya, ada alternatif yang bisa menjadi jalan keluarnya, yaitu manfaatkan pupuk organik dan pupuk hayati.

Setiap tahun, Kementerian Pertanian mengajukan pupuk bersubdidi sebanyak 24 juta ton. Namun, tahun ini pemerintah hanya mengalokasikan 40% subsidi pupuk dari pupuk yang diperlukan.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), mengatakan kebijakan pupuk bersubsidi dikeluarkan bukan untuk memberatkan petani. Tetapi justru untuk membantu petani memperlancar usaha taninya.

“Pupuk subsidi dikeluarkan untuk mendukung aktivitas usaha tani para petani. Jadi tidak ada kebijakan menjual pupuk subsidi secara paket. Petani bisa mendapatkan pupuk tersebut sesuai dengan kebutuhannya," ujar Mentan SYL.

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, dalam Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 16, Selasa (13/7/2021), mengatakan Pupuk bersubsidi tidak akan mencukupi kebutuhan petani, karena anggaran pemerintah terbatas.

Produsen pupuk hanya bisa memproduksi 13 juta ton tiap tahunnya, 9 juta ton untuk subsidi dan sisanya dijual non subsidi dan ada yang ekspor.

”Lakukan pemupukan seperlunya saja, tidak usah berlebihan. Jika pupuk berlebih malah bisa mencemari lingkungan,” jelas Dedi.

Hal senada dikatakan oleh A.Kasno, Peneliti Utama Balai Penelitian Tanah, yang menjadi narasumber Ngobras. Ia mengatakan diperlukannya pemupukan berimbang untuk meningkatkan produksi pertanian.

“Pemberian pupuk berimbang harus di cek dulu keadaan tanahnya untuk keperluan pemberian pupuk,” jelas Kasno.

Menurutnya, kekurangan dari pupuk bersubsidi dapat ditutupi dengan beberapa solusi. Pertama bisa dengan cara meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, dengan pemupukan berimbang.

Solusi yang kedua yaitu dengan menggunakan pupuk organik, hayati dan mikroorganisme lokal sebanyak-banyaknya.

"Tanah sangat lapar bahan organik. Kebutuhan pupuk kimia bisa dikurangi setengahnya jika dikombinasikan dengan pupuk organik. Yang terakhir dengan menerapkan 6 (enam) tepat yaitu tepat jenis, dosis, waktu, formulasi, penggunaan atau implementasi," terang Kasno. (HVY/NF)

Pengumuman Terkait