YOGYAKARTA - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mengapresiasi lembaga keuangan dan perbankan yang telah bermitra dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menyediakan permodalan untuk petani.
Di beberapa kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo terus mendorong petani milenial untuk membangun sektor pertanian secara masif dan berkelanjutan.
Saat ini, kata dia, pemerintah telah menyiapkan akses permodalan maupun sarana dan prasarana pertanian. Khusus untuk modal, Kementan menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai dukungan terhadap jalannya usaha tani.
"Oleh karena itu, fokus petani milenial adalah membangun kelembagaan dan membangun networking. Fokus pada pengembangan komoditas," kata Mentan Syahrul.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi berharap kerja sama ini dapat memberikan peluang lebih besar kepada Calon Penerima Manfaat (CPM) dan Penerima Manfaat (PM) untuk dapat mengakses lembaga keuangan.
"Saya memberikan apresiasi pada mitra lembaga keuangan dan perbankan yang merupakan patner yang luar biasa, terima kasih atas kemitraan yang sudah terjalin," kata Dedi yang hadir secara daring di acara Focus Group Discussion (FGD) Akses Permodalan dan Rencana Tindak Lanjut Percepatan Akses Kredit Usaha Rakyat (KUR), Yogyakarta, Rabu (17/5).
Setelah melakukan field trip bersama lembaga keuangan ke tiga tempat dengan tiga subsektor yang berbeda (perkebunan, hortikultura dan peternakan) dan berdiskusi para peserta workshop mendapatkan pemahaman tentang macam bidang bisnis pada subsektor pertanian.
Kendala untuk pembiayaan di sektor pertanian adalah adanya harga yang fluktuatif dan khusus di sektor perkebunan adalah umur produksi tanaman yang lama, sehingga pembiayaan KUR baru dapat dimulai dari penanganan produksi dan distribusi.
Poin yang dapat diambil, pertanian adalah momentum, waktu pecairan kredit harus sesuai dengan siklus produksi pertanian, tepat waktu dan tepat jumlah. Petugas bank harus menguasai analisa profile bisnis agar dapat memitigasi risiko gagal bayar.
Salah satu kendalanya adalah keterbatasan pengetahuan konsep usaha debitur (hanya mengikuti tren), sehingga untuk meminimalisir resiko penunggakan pembayaran adalah dengan mapping area program CSR (selaras dengan konsep cluster).
Saat ini, 50 persen pembiayaan sektor pertanian dengan skema bayar saat panen. Penerapan pendampingan dan edukasi dari Dinas terkait bagi petani sangat penting sebagai salah satu mitigasi resiko gagal panen, di tahap awal bank akan menilai kemampuan petani, selain itu ada pilihan petani diminta membuka rekening tabungan atau deposito untuk menjamin pihak bank.
Hadirnya offtaker menjadi solusi untuk menjamin pasar produk petani juga agar petani hanya fokus pada produksi, offtaker juga menjadi pencari modal tambahan bila dibutuhkan.
Adanya offtaker menjadi salah satu jaminan kelancaran pembiayaan. Dukungan dari pihak-pihak terkait (BRIN, PUPR, dll) akan meningkatkan hasil produksi sehingga membantu menjamin kelancaran usaha.
Perlu ada mitigasi resiko karena resiko pembiayaan di sektor pertanian cukup besar, jika menggunakan skema third party perlu ada corporate guarantee (contohnya berbentuk koperasi).
Selain pembiayaan melalui kredit KUR, ada alternatif lain dengan menggunakan dana CSR yang besaran nya beragam antar bank, ada yang berbentuk dana hibah atau peningkatan kapasitas.
Pengenalan lebih jauh bidang usaha pertanian ke pihak lembaga keuangan mendapat apresiasi dari peserta, Didi perwakilan Bank Jawa Timur, mengatakan kegiatan workshop membuka wawasan nya terhadap sektor usaha pertanian.
“Ternyata masih banyak sisi bisnis pertanian yang masih belum kita ketahui, dan kita tidak terpikir sebelumnya, dengan kemasan yang baik, punya nilai jual yang tinggi . “Pasti untuk mengembangkan kapasitas usaha perlu didukung permodalan ujar Didi.
Project Manager Program Youth Enterpreneurship And Employment Support Services (YESS), Inneke Kusumawaty yang menutup FGD, berharap literasi bidang pertanian bagi mitra perbankan dapat semakin baik, sehingga mitra lembaga keuangan dan perbankan dapat lebih support ke para petani.
"Juga diharapkan perbankan dapat memberikan pendampingan keuangan pada para petani, agar mereka dapat lancar mengembalikan kreditnya. Edukasi dari pihak perbankan dalam hal menghindari kredit macet," imbuhnya.