BANTEN - Terjadinya perubahan iklim serta hadirnya Kemarau panjang yang disebabkan fenomena El Nino menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian. Mengapa tidak hadirnya El Nino dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani. Untuk memastikan dampak El Nino tidak terlalu meluas untuk sektor pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) mengupayakan beberapa strategi dalam penanganan El Nino di seluruh Indonesia.
Melalui Keputusan Menteri Pertanian RI No : 455/Kpts/OT.050/M/08/2023 tentang Gerakan Nasional Penanganan El Nino, Kementan berkomitmen menyiapkan penguatan tujuh provinsi yang akan menjadi penyangga dalam sektor ketahanan pangan, khususnya beras. Tujuh provinsi penyangga tersebut adalah Jawa (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kementan akan terus melakukan upaya koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah untuk menghadapi dampak El Nino di sektor pertanian.
“El Nino akan mencapai puncaknya pada Agustus sampai September. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan kita untuk mencoba memitigasi dan melihat daerah mana saja yang memiliki kekuatan ketahanan pangan dalam menghadapi cuaca ekstrem secara global, seperti perubahan iklim, El Nino dan krisis pangan dunia. Banten memiliki tren perkembangan dalam waktu tiga tahun akselerasi pertanian yang cukup baik, dan selama tiga tahun bantalan ekonomi Indonesia itu oleh pertanian, dan salah satu provinsinya adalah Banten,” katanya.
Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, mengatakan Penanganan Dampak El Nino adalah fokus kementerian pertanian dan merupakan hal penting.
"Penanganan dampak El Nino adalah penting. sebab, berkurangnya air dapat mengganggu produktivitas pertanian. Apalagi, pertanian kita di Indonesia masih mengandalkan air hujan untuk pengairan, jadi perlu dicari alternatif sumber air, salah satu nya air tanah dan pipanisasi," jelas Dedi.
Dedi juga menjelaskan strategi penanganan kekeringan akibat El Nino. Yaitu, dengan memprioritaskan standing crop, yang masih dapat diselamatkan, upayakan.
"Selain itu, percepatan tanam, segera lakukan (tanam), manfaat kan air yang ada. Sekali lagi yang paling penting adalah koordinasi dan mengeksekusi dalam gerakan ini," tegas Dedi. Bak gayung bersambut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten telah menyusun langkah strategis untuk mengantisipasi dampak El Nino yang diprediksi mengalami puncaknya pada bulan Agustus hingga Oktober 2023. Langkah strategis tersebut utamanya adalah ketersediaan air bersih untuk masyarakat dan pompanisasi untuk keberlanjutan produksi padi.
Ditemui saat Rapat Koordinasi Pelaksanaan Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino di Provinsi Banten tahun 2023 di Hotel Ledian and Cottage Banten (05/09), Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid, melaporkan update kondisi kekeringan dan perkembangan penanganan dampak El Nino di Provinsi Banten. "Secara umum saya laporkan El Nino di Provinsi Banten tidak menyeramkan dan menakutkan karena kami sudah bergerak bersama melakukan antisipasi di lapangan. Faktanya di Banten air masih tersedia disini, hujan masih turun sesekali," katanya.
Agus menambahkan, saat El Nino sedang menerpa, sejumlah kecamatan di Banten justru panen padi ribuan hektare. Salah satu contohnya adalah di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang. Pada periode Agustus-September, Kramatwatu panen raya hingga 2.360 hektare. “Itu baru satu kecamatan,” ujar Agus.
Ia mengatakan, beberapa daerah di Banten masih bisa panen raya karena para petani sudah tahu akan ada El Nino. Untuk itu, para petani menanam lebih cepat yakni pada Juni lalu. “Sekarang saat sedang kering-keringnya, mereka justru panen,” terangnya. Agus menerangkan, luas panen padi yang berpotensi pada Agustus-Oktober 2023 yakni 113.419 hektare. Jumlah itu tersebar di delapan kabupaten/kota di Banten kecuali Kota Tangerang Selatan.
Dari potensi luas panen padi 113.419 hektare, produksi padi diperkirakan 601.577 ton gabah kering giling (GKG) dan produksi beras 380.377 ton. Sedangkan kebutuhan konsumsi, 349.882 ton.
Pada kesempatan yang sama, Hardjo selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Serang mengatakan dalam mengantisipasi serta mengatasi dampak El Nino, pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya mengupayakan mobil pompa dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk seluruh wilayah Serang. Karena keterbatasan jumlah mobil pompa, hingga sampai mobil pompa masih terfokus di Kecamatan Lebak Wangi.
Ketika ditanya luas lahan Kecamatan Lebak Wangi, Hardjo mengatakan jumlah luasan sebesaru 2.797,57 Ha, yang terdampak kekeringan seluas 142 Ha. “Alhamdulillah dari luasan yang terdampak kekeringan, 25 Ha sudah terairi dengan adanya peminnjaman mobil pompa, sedangkan sisanya dilakukan pompanisasi secara pribadi dan bantuan peminjaman pompa yang difasilitasi oleh Dinas Kabupaten Serang” ,jelas Hardjo.