Malang - Penggunaan obat herbal di dunia menunjukkan perkembangan secara signifikan dari tahun ke tahun, seiring dengan peningkatan pola hidup kembali ke alam. Gaya hidup tersebut mempengaruhi perkembangan industri herbal. Menuntut pemangku usaha untuk berperan aktif. Seiring meningkatnya permintaan pasar, meningkat pula permintaan bahan baku tanaman obat (herbal). Sebagai langkah pemenuhan potensi pasar global, pemangku usaha harus mengaplikasikan teknologi budidaya yang baik, penanganan pascapanen yang baik dan proses pengolahan yang baik. Pengembangan sistem pertanian tanaman herbal yang berkesinambungan, dari hulu hingga hilir, diterapkan untuk mengurangi masalah produksi, dari sumberdaya alam, manusia, limbah, pengetahuan dan teknologi, hingga modal dan pemasaran. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan sosialisasi informasi proses produksi ramah lingkungan, sehingga menghasilkan produk berkualitas dan berdaya saing. Didukung oleh banyak aspek, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal didunia dengan varietas tanaman obat (herbal) tradisional yang mendunia. Salah satunya adalah rimpang yang bahan aktifnya berbeda disetiap kandungannya dari daun, batang, buah dan akar. Beberapa tanaman obat rimpang yang terkenal di Indonesia adalah jahe, lengkuas,kencur, temulawak dan kunyit. Mengingat aspek tersebut, Indonesia dijadikan salah satu acuan tempat pembelajaran atau penelitian terkait tanaman obat (herbal). Merespon negara-negara anggota ASEAN dalam rapat AWGATE dan Badan Penyuluhan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, menunjuk Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) untuk menyelenggarakan Training Course on Post Harvest and Processing Technologi of Herbal Product yang dilaksanakan tanggal 4 – 17 September 2016. Penunjukan BBPP Ketindan sebagai penyelenggara pelatihan tidak lepas dari kepercayaan Kementerian Pertanian yang telah berpengalaman melatih peserta dengan berbagai macam tanaman obat (herbal) yang bisa diramu menjadi banyak olahan dan pemanfaatannya. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang pengolahan produk herbal, sebanyak 20 orang peserta yang berasal dari Kamboja, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam dan Indonesia akan akan dilatih sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Sumber: humasbbpp ketindan