Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian menggelar pemantapan sistem pelatihan yang terpadu dan partisipatif. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan pertanian. Pemantapan sistem pelatihan itu diikuti oleh para pejabat dari berbagai lembaga pelatihan Kementerian Pertanian yang ada di Indonesia.
"Di kegiatan ini kami ingin membahas revitalisasi pola pelatihan pertanian, supaya dampaknya lebih luas lagi. Dalam kegiatan ini juga diundang staf ahli menteri, Pak Sam untuk memberikan masukan supaya apa yang dirancang itu bisa diaplikasikan dengan baik," kata Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP Widi Hardjono di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis 20 Juli 2017.
Selain dari BPPSDMP, pemantapan sistem pelatihan yang dilaksanakan pada 19-21 Juli 2017 itu, di antaranya, diikuti oleh para pejabat dari BBPP Ketindan, BBPP Batu, BBPP Binuang, BBPP Batangkaluku, dan BBPP Kupang. Widi berharap, kegiatan itu dapat menghasilkan perencanaan pelatihan yang berdampak lebih besar dalam pembangunan pertanian.
"Sebetulnya pola pelatihan kami selama ini sudah cukup bagus, tapi perlu dicari lagi bagaimana pola yang lebih efektif dan efisien. Soalnya, pola pelatihan yang sudah dikerjakan selama ini kan perlu disesuaikan lagi dengan kondisi dan tantangan yang terkini," katanya.
Disebarluaskan pada petani Dia menyebutkan, sistem pelatihan yang baru itu kelak akan disebarluaskan hingga ke kalangan petani. "Target kami adalah petani. Namun, petani yang jumlahnya 25-30 juta itu kan enggak mungkin diberi pelatihan langsung. Makanya, harus digunakan penyuluh pertanian atau orang yang melakukan pelatihan lagi. Contohnya, Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya, itu untuk membantu lagi pelatihan kepada end user atau para petani itu," tuturnya.
Staf Ahli Menteri Pertanian, Sam Herodian mengatakan, pemantapan sistem pelatihan juga dimaksudkan untuk menyingkronkan semua kegiatan pelatihan dengan rencana pembangunan yang sudah dicanangkan di Kementan. Termasuk di dalamnya ialah pelatihan yang memerlukan penerapan teknologi pertanian.
"Makanya, ini perlunya pemantapan, untuk mengawal semua kegiatan itu supaya petani lebih aware. Soalnya, kami punya banyak teknologi untuk diaplikasikan. Ada inseminasi, yang kami intensifkan. Belum peralatan mesin pertanian di lapangan. Bagi sebagian orang, ini kan sesuatu yang baru, jadi ada yang belum punya kemampuan untuk menerapkannya. Untuk itu, diperlukan pengawalan dengan pelatihan-pelatihan, supaya penetrasi ke petani bisa lebih cepat," katanya.***