Sayuran Bandung Ekspor Berkat BAVAS

Ekspor memang sedang digencarkan oleh pemerintah saat ini karena mampu meningkatkan devisa negara. Selama ini, produk pertanian yang menembus ekspor kebanyakan berasal dari subsektor perkebunan. Tapi berbeda dengan Bandung Vegetables Station (BAVAS), yang menembus pasar ekspor adalah produk hortikultura, terutama sayuran.

BAVAS sendiri merupakan korporasi petani yang dibentuk oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang (BBPP Lembang) dan Taiwan Technical Mission (TTM). Bavas sendiri merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh peserta pelatihan dengan model Onsite Training Model (OTM) pada saat pelatihan dari hulu sampai hilir.

"Jadi alur kerjanyaadalah pola tanam (produksi)-packing house-pasar. Ketiga ini saling berintegrasi," kata Direktur Bavas, Dodih saat acara Kunjungan Pers BPPSDMP 'Peningkatan Kompetensi SDM Pertanian Dalam Mewujudkan Enterpreneur Berdaya Saing' di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (12/7).

Negara utama tujuan ekspor sayuran adalah Singapura, di mana BAVAS bekerjasama dengan 3 perusahaan eksportir sebagai penyalurannya. "Produk kita memang ke Singapura, tetapi kata salahsatu eksportir kami, ada produk kami juga yang dikirimkan ke Jepang. Saingan kita ini Malaysia," terang Dodih.

Produk hortikultura dari BAVAS yang sudah diekspor adalah selada air, jahe gajah, pete, buncis dan kacang kenya. "Untuk saat ini yang lagi banyak permintaan selada air, buncis dan kacang Kenya. Dengan total volume ekspornya 4 ton per bulan," tambah Dodih.

Mengapa hanya ranah ekspor saja yang baru dilaksanakan oleh Bavas? Dodih menjelaskan karena melihat dari potensi dan harga. Potensi ekspor untuk tahap awal ini item produknya sedikit, tetapi volumenya banyak. Lalu harganya stabil, tidak terpengaruh gangguan harga dari dalam negeri. "BAVAS ini kan baru dibentuk tahun lalu. Nah, kalau untuk tahap awal cocok untuk ranah ekspor. Harga stabil, item yang ditawarkan tidak banyak, tetapi volume permintaannya sedikit. Kebalikan dengan pasar dalam negeri," jelasnya.

Kalau sudah ranah ekspor, biasanya produk yang ditawarkan adalah organik, tetapi produk asal Bavas tidak sepenuhnya organik. Masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Tetapi yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak batas ambang residuny serta zat-zat apa yang boleh/tidak diberikan pada saat budidayanya. "Tetap ada syarat batas zat dan dosis yang diminta oleh negara bersangkutan. Dan kita harus mengikutinya karena selalu ada pengecekan ketika akan dikirimkan," terang Dodih.

Walaupun yang digarap adalah pasar ekspor, pasar dalam negeri pun dilirik oleh Bavas karena potensi dalam negeri pun cukup menjanjikan. "Kita sekarang sedang cek and ricek pasar dalam negeri. Ya mudah-mudahan tahun ini produk kami dapat diterima masyarakat Indonesia," harap Dodih. (eko) Sember : https://goo.gl/mCp9LA

Pengumuman Lain