SDM Pertanian Siap Hadapi Industri 4.0

"Salah satunya dengan penyiapan kurikulum pendidikan, kurikulum pelatihan dan metode penyuluhan yang mampu beradaptasi. Kita harus memahami, menguasai perkembangan IPTEK," ungkap Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Momon Rusmono. Dalam setiap kurikulum, pendidikan dan pelatihan harus mengintegrasikan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan dalam proses penyuluhan, salah satunya menggunakan cyber extention (CybEx) dan metode penyuluhan harus menyesuaikan. "Masih kita dalami apakah metode LAKU (Latihan dan Kunjungan) masih laku?," tuturnya.

Kepala Pusat Penyuluhan, Siti Munifah menambahkan pihaknya di pusat melakukan pengukuran kinerja penyuluh di daerah dengan target-target yang konkrit.

"Misalnya dari 8-16 kelompok tani yang dibina, minimal 6 yang naik kelas kelompoknya dengan berbagai cara. Seperti didatangi per kelompok, atau sarana komunikasi lain dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Mendorong penyuluh kreatif," bebernya.

Penyuluh juga diminta aktif untuk bersosialisasi melalui media sosial, sehingga mereka bisa mendengar langsung semua program Kementan.

"Setelah baca, diharapkan mereka bisa mengikuti program tersebut. Bahkan dijadikan referensi untuk mengajak petani," bebernya.

Munifah menambahkan di era industri 4.0, penyuluh tidak berhenti pada mengurusi petani di hulu saja. Tetapi bagaimana mengurus pascapanennya, bagaimana mencari jejaring pasar, bagaimana mengurus legalisasi produk gapoktan agar memiliki nilai jual tinggi.

"Ini diperlukan orang yang mau selalu beradaptasi dengan lingkungan baru dan informasi baru," tutupnya. (festi)

sumber : https://bit.ly/2PaPOT6

Pengumuman Lain