Gerakan ´percepatan olah lahan´ di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan mencapai 35.000 hektar setelah dicanangkan dan dipimpin langsung oleh PJ Upsus Sumsel, Momon Rusmono pada 21 September 2018, sehingga target 80% luas tambah tanam (LTT) dari potensi lahan 192.000 hektar diyakini terealisir untuk mengantisipasi hujan menyongsong musim tanam April - September.
Hal itu dikemukakan Momon Rusmono pada apel siaga pelepasan 100 bintara pembina desa (Babinsa) di markas Korem 044 Dempo, Palembang, Kamis pagi (13/9). Tampak hadir Kasrem 044 Dempo, Letkol Inf Muhammad Sjahroni; PJ Upsus Banyuasin, Andriko Notosusanto; Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Pemprov Sumsel, Ilfantara dan sejumlah pejabat terkait.
"Potensi tanam padi di Banyuasin untuk September ini luar biasa. Kalau 80 persen saja terealisir dari target akan mendukung indeks pertanaman atau IP menjadi 200 maka produktivitasnya akan bagus. Sampai September, lahan yang sudah diolah mencapai 35 ribu hektar. Inshaa Allah target dari kementerian bisa tercapai," kata Momon Rusmono, yang juga menjabat Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian RI.
Potensi lahan padi Provinsi Sumatera Selatan saat ini mencapai 615.000 hektar, 30% atau 192.000 hektar berada di Kabupaten Banyuasin, sehingga hasil produksi padi Banyuasin mempengaruhi cadangan pangan provinsi maupun kebutuhan nasional.
Dia mengharapkan tim di lapangan untuk koordinasi dengan para penyuluh pertanian, Gapoktan dan Poktan untuk melakukan identifikasi potensi lahan yang siap tanam dan siap olah. Kalau sudah siap tanam, maka optimalkan dengan memanfaatkan Alsintan agar efektif dan efisien.
"Potensi pertanian Sumsel saat ini 615 ribu hektar, 30 persen ada di Banyuasin atau 192 ribu hektar. Kalau Banyuasin tidak optimal akan mempengaruhi cadangan beras provinsi dan nasional. Itu sebabnya, saya harus turun langsung menggerakkan olah lahan di tiap kabupaten" kata Momon Rusmono dalam arahannya.
Dia mengingatkan bahwa 80% dari target 192.000 hektar harus terealisir yang dioptimalkan melalui pengolahan lahan untuk mengantisipasi musim tanam April - September.
"Kalau tidak bisa menanam padi di Agustus ini, tunda ke September dan Oktober setelah turun hujan. Jangan menyerah untuk mencapai target tanam, kemarau kita antisipasi dengan olah lahan dulu, maka waktu tanam dalam satuan waktu bisa kita capai," katanya.
PJ Upsus Sumsel mengakui curah hujan di Sumsel masih di bawah 100 mm, tapi jangan menyerah pada kondisi alam maka Kementan bersama para pemangku kepentingan tingkat desa, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi harus bekerja keras mencapai target LTT.
Penyuluh pertanian dan Babinsa harus membimbing, mendorong, memantau dan mengawasi. Petani itu sangat mudah diajak bekerja sama, karena mereka harus menanam padi untuk penghidupannya," katanya. (eko)