SEMARANG: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) mendukung penuh langkah Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan pertanian akan lebih maju jika didukung SDM berkualitas.
"Oleh karena itu, Kementan tidak pernah berhenti berupaya meningkatkan kualitas SDM pertanian. BPP kita perkuat, pelatihan dan bimtek pun terus kita gulirkan untuk mendukung hal tersebut," katanya.
Wakil Gubernur Jateng, Taj Yasin Maimoen, menegaskan salah satu faktor penting untuk mengungkit produktivitas pertanian adalah peningkatan kapasitas SDM pertanian, dalam hal ini petani dan penyuluh pertanian.
Di Jawa Tengah, Taj Yasin melanjutkan, memiliki Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebanyak 553 dari 576 kecamatan.
"Ada beberapa daerah yang tidak memiliki areal persawahan, makanya jumlah BPP tak sebanding dengn jumlah kecamatan di Jawa Tengah ini," papar Taj Yasin saat menerima audiensi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi dan jajaran, Kamis (10/6/2021).
Secara keseluruhan, Taj Yasin menjelaskan jika jumlah penyuluh di Jawa Tengah sebanyak 1.779 orang. "Kalau di provinsi jumlah penyuluhnya sebanyak 34 orang, sisanya dari kabupaten/kota," ujar Taj Yasin.
Ia berharap ke depan tingkat kesejahteraan penyuluh terus dapat ditingkatkan seperti pemberian penghargaan dan jenjang karir, termasuk fasilitasnya. "Saya berharap BPP ini ditingkatkan fasilitasnya, dukungan prasarana dan sarananya agar kapasitas penyuluh dan petani kita juga meningkat," ujar Taj Yasin.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan, salah satu upaya peningkatan kapasitas SDM pertanian dilakukan melalui Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) yang merupakan gerakan pembangunan pertanian tingkat kecamatan.
"Di Kostratani nantinya petani dan penyuluh akan dibuatkan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kapasitas berdasaran tematik tertentu," ujar Dedi.
Dijelaskannya, ada tiga faktor pengungkit produktivitas pertanian yakni alat mesin pertanian (alsintan), peraturan perundangan dan SDM. "SDM merupakan faktor pengungkit produktivitas pertanian terbesar yakni 50 persen. Dalam rangka itu kami ke Jawa Tengah untuk bekerjasama membangun SDM pertanian kita," papar Dedi.
Dahulu, Dedi melanjutkan, BPP terbukti menjadi faktor pendorong peningkatan produktivitas pertanian hingga Indonesia swasembada beras. Berkac dari pengalaman tersebut, peningkatan produktivitas ternyata dimulai dari pemberdayaan petani dan penyuluh yang dimulai dari BPP," terang Dedi.
Untuk mendukung hal tersebut, Dedi menegaskan jika pada tahun ini seluruh BPP di Jawa Tengah akan dilengkapi dengan sarana IT (Informasi Teknologi). "Tahun 2021 ini seluruh BPP di Jawa Tengah ini akan kita lengkapi dengan sarana IT seperti komputer, modem, internet dan fasilitas lainnya," terang Dedi.
Selain bisa terkoneksi dengan daerah lain untuk berbagi ilmu, penggunaan jaringan internet dalam sistem pertanian juga berfungsi bisa mengontrol pertanian di berbagai daerah.
"Sarana IT juga selain untuk pelatihan juga bisa digunakan sebagai sarana monitoring dan evaluasi. Bahkan kita bisa memantau pertanian di suatu daerah melalui jaringan internet, misal terjadi serangan hama atau kekeringan," ujarnya.
Sumber :