Setiap manusia dan makhluk hidup lain yang ada di muka bumi, sudah tentu memenuhi kebutuhan paling mendasar berupa makan dan minum. Tanpa makanan, manusia tidak akan mampu bertahan hidup apalagi memiliki energi untuk beraktivitas sepanjang hari. Namun sangat disayangkan, pembangunan pemukiman penduduk hingga gedung-gedung bertingkat terus digerakkan. Keadaan itu menyebabkan lahan pertanian dan peternakan akhirnya menyusut akibat demografi kepadatan penduduk.
Keterbatasan lahan tidak menyurutkan optimisme sejumlah pelaku sektor pemerintah, swasta, petani milenial, sampai komunitas masyarakat. Mereka ikut melakukan terobosan baru membuat sistem pertanian perkotaan atau sering disebut urban farming.
Urban farming selalu dikaitkan dengan pertanian modern. Pertanian kota modern layaknya urban farming, juga menjadi solusi mengatasi permasalahan lahan-lahan kosong terlantar di wilayah perkotaan. Bertujuan agar kedepannya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin, sebagai lahan terbuka hijau. Konsep urban farming lebih mengarah ke sistem pertanian mandiri, yang diartikan para petani urban bercocok tanam sendiri menggunakan lahan terbatas dan terlantar di sekitar wilayah kota besar maupun kota kecil.
Petani urban tidak perlu merogoh kocek besar untuk menggunakan fasilitas terlalu banyak, cukup memanfaatkan yang sudah tersedia. Misal, media tanam rumahan, pupuk kompos, pupuk endapan kulit bawang merah, pupuk endapan cangkang telur, hingga pestisida alami (bio-pestisida).
Di antara beragamnya metode urban farming yang menggunakan cara mudah dan kekinian, berikut terpilih dua metode unik dapat dilakukan oleh petani urban :
1.Green Wall Garden (Kebun Dinding Hijau) Mengapa bisa dikatakan unik? Karena metode green wall garden mengubah dinding suatu ruang menjadi media tanam yang tidak perlu memakan banyak tempat. Jenis tanaman yang tumbuh, mayoritas adalah tanaman merambat. Tapi tidak menutup kemungkinan, tanaman lain bisa ditanam pada dinding.
Hanya saja, tanaman harus berukuran kecil sampai sedang, tidak diperkenankan menanam tanaman berukuran besar. Kelebihan metode green wall garden, yaitu membuat udara ruang semakin bersih, memberikan kesegaran udara/menyejukkan ruang, sangat ramah lingkungan, menambah kesan estetik untuk pelengkap dekorasi ruang.
Di Indonesia sendiri, masih sedikit penerapan metode green wall garden, sebab Indonesia jarang sekali terjadi badai. Adapun paling dominan badai terjadi di luar negeri, maka diterapkan metode ini di negara-negara benua Eropa, Amerika, dan sekitarnya.
2.Urban Beekeeping (Ternak Lebah Perkotaan) Metode urban beekeeping tidak kalah menarik dan unik, pasalnya saat ini dapat dilakukan di perkotaan. Biasanya masyarakat mengetahui kalau peternakan lebah cenderung dijumpai di pedalaman hutan hujan tropis. Sekarang aktivitas urban beekeeping terus digeluti, sejak mulai naik popularitasnya di tahun 2016.
Merujuk artikel online Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada bahwa Rooseboom; 2016 pernah menyampaikan “Kegiatan urban beekeeping di Indonesia tercatat di media massa pertama kali dilakukan pada tahun 2016 dan sejak saat itu aktivitas urban beekeeping semakin dikenal oleh masyarakat”.
Jenis lebah yang dibudidayakan merupakan lebah tanpa sengat (stingless bees). Keuntungan beternak jenis lebah stingless bees, mengutamakan faktor keselamatan maupun keamanan petani lebah. Selain itu, koloni lebah stingless bees mudah dikembang biak, guna melestarikan populasi beberapa spesies lebah tertentu yang terancam punah.
Tetragonula Laevicep menjadi salah satu dari sejumlah spesies lebah stingless bees.
Keuntungan teknik urban farming paling dominan ialah memanfaatkan lahan sempit, memperluas ruang terbuka hijau, memberdayakan masyarakat kota, menjaga ketahanan pangan lokal, menghemat biaya operasional, serta menambah pendapatan perekonomian.
Tapi dibalik semua keuntungan menjanjikan tersebut, ternyata urban farming mempunyai dampak buruk. Apabila penerapan kegiatan urban farming kurang maksimal dilakukan, akan menimbulkan dampak luar bagi kelangsungan hidup.
Seorang peneliti, Lori Hoagland dalam penelitiannya berjudul Urban Agriculture: Environmental, Economic, and Social Perspectives dilansir pada artikel online Fakultas Pertanian (Faperta), Universitas Kahuripan Kediri menjelaskan
“Kesalahan dari praktik urban farming menyebabkan tingkat polusi udara, polusi suara, banjir serta boros energi air melonjak tinggi”.
Berkembang biak spesies nyamuk malaria yang mengganggu kesehatan masyarakat, diakibatkan oleh kelalaian petani urban merawat tanaman urban farming. Terkadang tidak semua masyarakat kota terampil bertani, sedangkan urban farming membutuhkan keterampilan baik dalam bertani di lahan sempit.
Antusias masyarakat kota hanya sebagian yang mengerti dan suka rela ingin mencoba urban farming, lalu sisanya mengedepankan profesi lain.
Sumber Referensi : • AdminBio. Juli 2023. Urban Beekeeping: Peternakan Lebah Perkotaan berbasis Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan di Padukuhan Mrican, Kalurahan Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Fakultas Biologi: Universitas Gadjah Mada. Diakses Tanggal 19 September 2023. https://biologi.ugm.ac.id/2023/07/28/urban-beekeeping-peternakan-lebah-perkotaan-berbasis-pendidikan-bagi-pembangunan-berkelanjutan-di-padukuhan-mrican-kalurahan-caturtunggal-depok-sleman-yogyakarta/ • Khusniyah. Juni 2021. Konsep Pertanian Kota Urban Farming. Fakultas Pertanian (Faperta): Universitas Kahuripan Kediri. Diakses Tanggal 19 September 2023. https://faperta.kahuripan.ac.id/2021/06/08/konsep-pertanian-kota-urban-farming/